Pages

Tuesday, 24 January 2017

Cinta Dalam Pandangan Islam

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Innalhamda lillah nahmaduhu wanasta’inuhu wanastagfiruh, wana’udzubillah min suruuri anfusinaa min sayyiaati a’malina, man yahdilahu falaa mudhillalah wa man yudlill falaa haadiyalah. Asyhadualla ilaaha illallah wahdahu laasyarikalahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuuluhu la nabiya ba’dah.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah yang telah memberikan rahmat kepada kita semua.

Shalawat salam kita curahkan kepada junjungan nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW.

Dalam tulisan ini saya menyampaikan sedikit tentang “Cinta dalam Pandangan Islam”. Ya muslimin wal muslimat, berikut ini adalah penjelasan sekaligus pencerahan mengenai cinta yang insya Allah mampu menjadi bahan introspeksi kita selaku ummat islam dalam berpandangan mengenai cinta. Mungkin kita sudah tidak asing lagi mendengar kata cinta, betul apa betul??? Cinta singkatan dari cerita indah nyaris tanpa akhir maksudnya adalah setiap cinta pasti pernah merasakan sakit hati, diputus cinta yang kemudian dalam sebuah percintaan itu ada kenangan yang tidak bisa dilupakan yaitu perpisahan.

Jadi, untuk apa kita mencintai seseorang kalau pada akhirnya sakit hati, iya gk? …kadang gk percaya, coba hitung berapa kali kalian putus cinta?...(pasti berkali-kali…hehehehehe) iya gk?
 
Cinta dalam pandangan islam seperti iman, yaitu diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan tindakan. Karena mencintai merupakan salah satu ciri orang-orang beriman.

- Diyakini dengan hati, yaitu cinta datang bukan berasal dari dorongan nafsu. Tetapi, cinta datangnya dari iman di dalam diri yang mengedepankan akhlak mulia dan ketaqwaan kepada Allah swt. Karena cinta atas dasar nafsu takkan mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman di jiwa, kecuali kesengsaraan dan kehinaan yang berkepanjangan.

- Diucapkan dengan lisan, yaitu cinta diucapkan kepada seseorang yang kita cintai, dan itu termasuk sunnah karena Rasulullah sendiri menganjurkannya. Namun ada aturannya, yaitu cinta diucapkan kepada yang sudah mukhrim (halal), teman yang shalih, dan yang paling penting adalah kepada orang tua.

- Dibuktikan dengan tindakan, karena Rasulullah saw pernah berkata bahwa jika ada seorang laki-laki mencintai seorang perempuan, maka melamarnya untuk dijadikan istri merupakan bentuk dari pembuktian cintanya. Jika menyukai, segera nikahi. Tetapi kalau belum mampu, maka berpuasalah, Yaitu kendalikan nafsu dan cintai dalam diam. Itu semua demi menjaga kesucian diri sendiri dan kusucian dia yang dicintai. BUKTIKAN DENGAN MENIKAHI BUKAN DENGAN MEMACARI KEMUDIAN BERUJUNG ZINA.

Cinta secara hakikatnya jika dipandang secara umum yaitu sedia mengorbankan waktu, tenaga, dan harta kita hanya untuk sesuatu yang kita cintai. Sedangkan cinta secara hakikatnya jika dipandang secara syari'at islam yaitu mencintai seseorang atas dasar ketaqwaan kita kepada Allah swt. Jadi, kalau bisa kita simpulkan dari dua pandangan tersebut bahwa, cinta secara hakikatnya yaitu sedia mengorbankan waktu, tenaga, dan harta kita kepada Allah swt. dengan tujuan untuk kemaslahatan manusia.

Pada realitanya betapa banyak orang yang mengatakan cinta kepada Allah, namun sangat sedikit yang berani berkorban yang terbaik untuk-Nya dan agama-Nya. Untuk mendapatkan kesenangan dunia, kita berani berkorban apa saja milik kita yang terbaik. Namun untuk meraih kebahagiaan akhirat, surga dan ridha Allah kita hanya berkorban seadanya.
 
Cinta dalam pandangan Islam hukumnya haram, maksudnya cinta yang lebih mengarahkan atau mendekatkan dua insan kepada perzinahan, seperti pacaran; pacaran gayanya zaman sekarang yang sudah layaknya seperti suami isteri, itu terlalu jauh, terlalu murahan, terlaaaalu mengedepankan hawa nafsu sebagai pelampiasan atas keinginannya sesaat. Nau’dzubillah tsumma na’udubillah………..???

ولا تقربوا الزنى إنّه كان فاحشة، وشاء سبيلا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk”.
Kita tahu menumpahkan syahwat bukan pada tempatnya adalah haram seperti zina (menyalurkan syahwat bukan pada tempatnya), kecuali kepada isteri atau suami-suami mereka, maka janganlah pacaran ini dijadikan alasan yang bermacam-macam, jika sudah cocok dan cukup mengenal satu sama lain dengan cara mengkhitbahnya, maka nikahi segera daripada kelamaan, malah menimbulkan fitnah dan dosa, bukannya begitu???

Ada hadits Nabi begini:
“Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab : “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa, demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala” (Hadits Arbain, ke-25; HR. Muslim. No. 1006).

Jelaslah bahwa ibadah yang paling indah (nikmat) adalah ibadah persetubuhan antara suami dan isteri; bagi keduanya pahala sedekah. 

Cinta disisi lain adalah hukunya wajib, cinta yang bagaimana? Cinta yang derajatnya paling tinggi yakni mencintai Allah dan Rasul-Nya serta cinta kepada Al-Qur’an. Diantaranya dengan cara melaksanakan kewajiban seperti shalat lima waktu tepat waktu, mengaji, menuntut ilmu agama dan ilmu umum dan berdakwah yaitu mengajak kepada manusia kepada kebaikan (ke jalan Allah); maka baginya pula pahala.

Maka cinta kita dianggap bohong jika kita tidak melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Dari Dr. A’id Al-Qarny menuliskan dalam bukunya:
1. Cinta duniawi meliputi kehidupan dunia, berbaur tanah dan berada pada tataran yang rendah. Ini merupakan cinta murahan, cinta monyet dan sendagurau saja.
2. Cinta ilahiyah, cinta yang meliputi langit. Berada pada tataran yang tinggi dan merupakan cermin dari ketaatan dan ibadah.

Misalnya, Imru’ul Qais jatuh cinta kepada seorang gadis bernama laila, Abu Jahal mencintai Uzza dan Manat. Qorun mencintai emas / hartanya. Abu Lahab mencintai kedudukannya. Mereka semua hina dan calon neraka, kenapa? Karena mereka semua telah melakukan kesalahan yang fatal. Berbeda dengan Bilal bin Rabah ia mencintai kepada kebajikan. Ketika ia dibaringkan di atas pasir yang panas di bawah terik sinar matahari, tubuhnya tertindih sebuah batu besar, dia berseru kepada penguasa langit dan bumi, ahad, ahad…karena di dalam hatinya ada iman yang teguh seteguh gunung uhud.

Allah berfirman dalam surat an-Nazi’at: 37-41:
37. Adapun orang yang melampaui batas,
38. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
39. Maka Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).
40. dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
41. Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).
 
Demikian yang bisa saya sampaikan, apabila ada kesalahan datangnya dari saya sendiri, dan jika benar semata-mata datangnya dari Allah SWT.

No comments:

Post a Comment